cat snap hunter

Meong, let me show you my incredible neighbour cat. Hahaha, he is a male cat. He was born at nov 2011 (perhaps (⊙_◎) ).
He is a photogenic cat.
Hahaha ƪ(°͡▿▿▿▿▿° )͡ƪ

When the distance say ” I’m not everything at all “

Well, yao
mina ohisashiburi

Now, I wanna test a new application from my smart phone. Yap, the wordpress mobile for Blackberry. I think it works.

Yah, before use this smartphone (actually I wanted Iphone), you can call me ancient human from old century cave. Hahaha, everybody must move on, so this ancient human from old century must know about technology and learn about it. And that me *raise hand proudly. Yao, I hope all of the new movement will make a better me than before. Amin.

Best regard

Ps: I still learn about twitter. Hahaha didn’t understand why using twitter is hard to me, (=`〜´=)

Melody of live

Seorang bocah berambut ikal duduk terdiam di sebuah batu besar. Rasanya batu itu sudah ada sejak jaman purba. Atau mungkin sebuah batu yang tadinya ada di dasar bumi, lalu karena pergerakan lempeng bumi batu tersebut terangkat ke permukaan. Dari duduknya sang bocah mengamati dengan saksama beberapa orang yang berjalan di bawahnya. Selama ini dia selalu mengamati, hanya mengamati, dan cuman mengamati. Sampai dia mengerti sedikit banyak hal mengenai orang-orang yang lalu lalang tersebut.

Dalam pengamatannya sesekali sang bocah ingin ikut turun dan bergabung, namun masih enggan berpindah dari posisinya. Terkadang juga karena enggan ikut sibuk melangkah. Imajinasinya menuntut sebuah kepraktisan seperti terbang. Namun seberapa kerasnya dia memohon pada penciptanya, itu semua tidak pernah terkabul dan terjadi. Sesekali dia juga putus asa dan hanya ingin duduk di situ sampai akhir hayatnya, hanya karena malas. malas untuk tahu apa yang bisa dia dapatkan ketika dia melangkah.

 

Orang-orang di bawahnya kini sudah memiliki warna mereka sendiri, walau tidak semua memiliki warna yang bagus. Tapi setidaknya mereka berwarna. Warna-warni tersebut membuat iri si bocah menggelitik batin, untuk juga memiliki warna yang khas untuk dirinya. Tapi terlintas juga dalam pikiran sang bocah untuk menjadi satu-satunya orang yang memang tidak memiliki warna dari sekian banyak orang yang berwarna. Batinnya mengukuhkan dengan berpendapat, tidak berwarna juga sebuah warna. Sayangnya dari duduknya tersebut dia tidak yakin bahwa dia cukup tidak berwarna dibandingkan yang lain.

 

Sampai suatu ketika dia tersadar orang-orang yang diamatinya kini telah berkurang, dan ketika dia memandang jauh kedepan. Didapatinya sebuah tanjakan besar dimana orang-orang yang tadinya terlihat dari sudut atas kini terlihat dari sudut bawah. Dan posisi orang-orang tersebut telah lebih tinggi darinya.

 

Kini dalam benak sang bocah bergemuruh antara rasa penasaran akan tanjakan tersebut, rasa kesal karena bukan lagi dia yang lebih tinggi, rasa heran kenapa dan bagaimana mereka bisa mencapai tanjakan tersebut, rasa bosan karena orang yang dilihatnya berkurang, dan rasa iri karena warna mereka tampak indah.

Dengan perasaan datar, sang bocah mencoba mengambil keputusan pertamanya. Keputusan untuk melompat dari duduknya yang nyaman. Turun ke bawah untuk menjejakkan kaki dan mulai berjalan. Melangkah untuk mencoba mendapatkan warnanya sendiri. Untuk langkah pertamanya sang bocah berusaha keras memikirkan segala hal agar tidak jadi salah langkah, dan memakan cukup waktu. Kini sang bocah masih tetap di pijakan sehabis lompatannya…

The Chronicle of Banard

Semua berawal dari sebuah tangisan kecil di pojok kota London. Sebuah rumah sepetakan kecil dengan pintu ber cat merah menyala menyakiti mata. Tangis yang terdengar dari balik pintu merah menyala terdengar semakin keras. Dibalik sebuah selimut lusuh yang sudah penuh banyak tambalan membalut hangat sang bayi perempuan.

BRAKK…!!!

Suara gebrakan pintu memcah tangis sang bayi.  Seorang ank berambut sewarna jagung muncul sambil membawa sebuah botol berisi cairan putih. Bukan cat tembok campur air perbandingan 3:1, atau air beras sisa cucian beras (memang di london ada yang masak beras jadi nasi? mungkin). Botol tersebut hanya berisi susu yang baru saja dihangatkan.

Dengat cepat kilat tubuh bocah berambut pendek sewarna jagung tersebut. menghampiri keranjang bayi yang dulu juga pernah digunakannya. Menjejalkan botol susu ke mulut sang bayi perempuan. Seakan tak mau kalah dengan bocah laki-laki itu sang bayi perempuan segera meminum susu dengan penuh semangat.

“Erica jangan nangis lagi ya? kalau sampai pemiliki rumah terganggu kita bisa ditendang dari sini!” Celoteh sang bocah yang dibalas dengan tatapan tak bersalah sang adik.

Tidak marah. tentu saja kakak macam apa yang sangup marah pada adik yang imut dan manis. menyambut kemanisan sang adik, tangan kecil yang ringkih mengangkat bayi yang tidak seberapa. menggendong dan menimang agar si adik dapat tidur lelap. Tetes susu terakhir ditelan dan tertidur.

Sore itu pojok kota london sedikit hujan tak niat, tidak deras namun tidak gerimis. membuat susana lebih nyaman dan mengantuk. memang sudah niat atau kebetulan. Bocah laki-laki berambut sewarna jagung tersebut tertidur sofa butut disamping keranjang bayi adiknya. Lelap-lelap dan makin terlelap.